Minggu, 20 Desember 2009

Terpang, ginseng of the sea




Bentuknya memang tidak cantik, tapi memiliki manfaat yang luar biasa. Tidak hanya untuk kesehatan, tapi juga sebagai peningkat gairah seksual. Sejarah gastronomi di China sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lalu. Makanya tidak heran jika koleksi jenis makanan yang dikonsumsi oleh bangsa ini jauh lebih banyak dibandingkan bangsa-bangsa lainnya. Teripang misalnya. Banyak orang yang terkaget-kaget ketika tahu seafood ini dapat dimakan.
Masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Surabaya, kebanyakan sudah mengenal biota laut yang mempunyai 10-20 tentacles ini sejak dulu. Teripang biasa diolah menjadi berbagai macam cemilan, antara lain kerupuk teripang. Harganya terjangkau dan rasanya yang gurih. Selain gurih, teripang (sea cucumber) juga mengandung protein yang tinggi, vitamin A, C, B1, B2, B3, kalsium, seng, dan zat besi.
Siluet biota yang menjadi santapan ikan ini berbentuk seperti buah mentimun atau sosis. Panjangnya bervariasi antara 2-200 sentimeter dengan ketebalan berkisar antara 1-20 sentimeter. Teripang yang hidup berkoloni di dasar perairan dangkal atau di antara karang ini tergolong dalam mollusca (hewan tak bertulang belakang). Jika merasa terancam, hewan yang tidak begitu aktif ini akan mengeluarkan benang putih yang lengket dan beracun (holoturin) untuk mengalihkan perhatian atau mematikan musuhnya. Beberapa jenis lainnya bahkan mampu mengeluarkan organ dalamnya saat merasa terganggu. Matikah setelah itu? Ternyata tidak, sebab organ tersebut bisa tumbuh kembali.
Dari segi jumlah, jenis pemakan plankton ini mencapai lebih dari ribuan spesies. Indonesia sendiri memiliki tujuh jenis yang memiliki nilai jual tinggi, antara lain teripang pasir (Holothuroidea sabcra) dan teripang hitam (H. edulis). Selain itu, ada teripang cokelat (H. marmoreta), teripang merah (H. vatiensis), dan teripang koro (H. nobilis). Semua jenis teripang tersebut tersebar di perairan Indonesia, antara lain Maluku, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Sampai saat ini cara memproses teripang di Indonesia masih termasuk cara yang tradisional. Setelah ditangkap lengsung dikeluarkan semua kotorannya lalu direbus dalam air air laut baru dibilas sampai bersih dan direbus lagi. Setelah itu dijemur di bawah sinar matahari (2-3 hari tergantung cuaca). Dalam keadaan kering inilah teripang diekspor ke berbagai negara.
Teknik mengolah yang lebih modern adalah dengan dikeringkan dengan alat pengering khusus sehingga waktunya bisa dipersingkat menjadi enam jam. Kelebihan lainnya, penampilan teripang pun menjadi lebih menarik, aromanya tidak menyengat, tekstur keras, padat, dan liat, serta bebas dari bakteri Escherichia coli dan Salmonella spp.
Selain diolah menjadi makanan, teripang yang disebut haishen oleh masyarakat China ini juga dimanfaatkan sebagai Chinese medicine. Beberapa keluhan yang dapat disembuhkan antara lain sembelit, letih-lesu, rematik, anyang-anyangen, termasuk impoten! Menurut penelitian di China, teripang mengandung saponin glycosides yang strukturnya mirip ginseng, ganoderma, dan tonic herbs.
Sementara pada aplikasi yang modernnya, teripang diekstrak menjadi kapsul atau tablet yang mengandung polysaccharide condroiton sulfate. Dengan mengonsumsi 3 tablet per hari, mereka yang mengalami gangguan arthritis akan berkurang sakitnya. Begitu pula yang mengalami radang sendi akan terbantu. Ini berkat kemampuang teripang dalam menstabilkan prostaglandin yang mengatur proses peradangan. Hebat bukan?
Teripang ternyata memang amat fungsional sebab tak hanya bisa ‘berjaya’ di meja makan, tetapi juga di apotek atau toko obat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar